il dimenticato persone ala grande Radhiet

Minggu, 04 November 2012

Ale: Terulang Kembali - Gli Errori Ripetuto


Tidak tahu kenapa, selalu saja ada perasaan yang tidak baik bersarang didiriku. Padahal jelas-jelas aku mengetahui bahwa hal tersebut cepat atau lambat akan merugikanku. Namun, sampai saat ini aku masih belum mampu mengenyahkannya dari pikiranku. Bahkan tampaknya perasaan itu semakin menjadi-jadi menjajah pikiranku dengan terus menghasutku bertindak untuk melakukan sesuatu yang buruk yang bertentangan dengan hati nurani. Kekuatan yang selama ini menjadi andalanku untuk melawannya seakan hilang dan lenyap entah kemana.
Sejujurnya, perasaan yang buruk itu sangat menyiksaku. Ia telah mengubahku menjadi sosok yang kini hanya dikuasai oleh hawa nafsu. Hawa nafsu tersebut terutama muncul dalam bentuk godaan-godaan yang menjanjikan kesenangan sesaat. Dan entah kenapa, seperti ada yang menyihirku untuk terpikat kesana. Lalu pada akhirnya aku terperangkap dan dengan mudahnya tenggelam dalam gemerlap dunia tanpa berpikir panjang lagi bahwa semua itu adalah semu belaka. Akibatnya, aku  semakin jauh saja terperosok dalam kubangan dosa. Persis seperti orang yang tidak pernah menemukan pelita dalam gelapnya terowongan.
Aku sebenarnya telah berusaha meredam keinginan untuk tidak memperturutkan hawa nafsu. Namun dari pengalaman yang telah lalu tampaknya tidak terlalu berhasil. Aku pun juga tidak mampu mengambil pembelajaran dari dampak negatif yang ditimbulkan dari perilaku buruk tersebut. Selalu saja aku melakukan kesalahan yang sama berulang kali. Padahal aku sering berikrar pada diri sendiri untuk mencoba memperbaiki diri. Namun ujung-ujungnya aku kembali melanggar ikrar tersebut. Ya, seperti janji manis yang terlupakan seiring berlalunya waktu. Begitu seterusnya sehingga mungkin bila boleh dikatakan bahwa aku ini seperti orang yang munafik. Mengingkari sesuatu yang telah diikrarkan dengan kuat. Bisa jadi, Tuhan mungkin telah bosan mendengar janji-janjiku yang entah berapa ribu kali kuucapkan kemudian aku langgar lagi.
Tapi aku tidak boleh pantang menyerah. Aku harus tetap menyemangati diriku untuk kembali mencoba menata hidup kearah yang lebih baik. Aku tahu ini tidak mudah, tapi aku harus membebaskan diriku dari perbudakan nafsu duniawi. Untuk itu, aku harus mengendalikan dan mengontrol kehidupanku. Tidak boleh terus-terusan seperti ini. Harus punya keyakinan bahwa aku adalah penguasa bagi diriku sendiri. Hanya aku saja yang mampu mengubah diriku untuk menjadi manusia yang tidak dikuasai oleh hawa nafsu. Aku pun tidak boleh lemah lagi. Aku harus memaksa diriku untuk keluar dari rasa nyaman dan kembali hidup dalam jalan Tuhan. Dan aku percaya Tuhan pasti akan membantuku menghilangkan secara berangsur-angsur perasaan nafsu duniawi yang liar itu.
Lalu pada akhirnya semuanya itu tergantung pada diriku sendiri. Mau atau tidak mau berubah? Dan aku berharap aku  memiliki tekad yang kuat untuk memilih perubahan kearah yang lebih baik itu. Amin Ya Rabbal Alamin.
BADAI BULAN DESEMBER 2008